Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
153
PENGARUH PENGGUNAAN KNALPOT STANDAR DAN KNALPOT
RACING R9 TERHADAP EMISI GAS BUANG DAN TINGKAT
KEBISINGAN PADA MOTOR VIXION 2013
Akhmad Syaekhu
(1)
, Nuraedhi Apriyanto
(2)
, Toni Setiawan
(3)
1
Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Ivet.
2
Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas IVET
3
Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas IVET
ABSTRAK
Indonesia salah satu negara yang mengalami peningkatan jumlah kendaraaan motor yang signifikan, terutama
sepeda motor yamaha vixion merupakan motor bertipe sport, kendaraan bermotor yang mengakibatkan polusi
suara timbul akibat tingkat kebisingan berlebihan.
Tujuan Penelitian mengetahui hasil analisa tingkat kebisingan dan emisi gas buang yang dihasilkan sepeda motor
antara knalpot standar dengan racing R9
Dengan metode penelitian eksperimen Intact-Group Comparison. kelompok eksperimen (diberi perlakuan) dan
kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan). Populasi semua jenis knalpot kendaraan motor, Sampel 2 jenis
knalpot, yaitu standar dan racing. variabel bebas penggunaan knalpot standar dan knalpot racing pada sepeda
motor.Variabel terikat emisi gas buang dan tingkat kebisingan. Hasil penelitian menggunakan Uji N-gain, pada
tingkat kebisingan dari empat pengujian memiliki kriteria sedang dari nilai rata-rata knalpot standar =77 dan
knalpot Racing R9 =87. Pada emisi gas buang Pengujian menggunakan knalpot racing menghasilkan data yang
stabil. Untuk pengontrolan senyawa CO, knalpot standar lebih bagus mereduksi kadar CO dibandingakan dengan
knalpot racing, untuk senyawa HC, knalpot racing lebih stabil dalam mereduksi kadar HC dibandingkan dengan
knalpot standar. Pada senyawa HC pada knalpot standar yang dibandingkan dengan knalpot Racing R9 dapat
menurunkan emisi gas buang HC dengan signifikan, Pada senyawa CO knalpot Standar lebih bagus
dibandingkan knalpot racing R9
Jadi tingkat kebisingan dan emisi gas buang knalpot racing R9 lebih tinggi dari pada knalpot standar. Sehingga
knalpot racing R9 lebih berbahaya apabila sering digunakan karena mengandung tingkat kebisingan yang terlalu
tinggi.
Kata Kunci: Knalpot Standar Dan Racing, Tingkat Kebisingan, Emisi Gas Buang
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
154
ABSTRACT
Indonesia is one of the countries that has experienced a significant increase in the number of motorcycles,
especially the Yamaha Vixion motorcycle, which is a sport-type motorcycle, a motor vehicle that causes noise
pollution to arise due to excessive noise levels.
He purpose of the study was to find out the results of the analysis of noise levels and exhaust emissions produced
by motorcycles between the use of standard exhausts and R9 racing exhausts
With the experimental research method Intact-Group Comparison. experimental group (treated) and control
group (not treated). Population of all types of motorcycle exhaust. Samples of 2 types of exhaust, namely
standard and racing. the independent variable is the use of standard exhaust and racing exhaust on a
motorcycle. The dependent variable is exhaust emission and noise level. The results of the study using the N-gain
test, the noise level of the four tests has moderate criteria of the average standard exhaust value = 77 and
Racing R9 exhaust = 87. On exhaust emissions Tests using a racing exhaust produced stable data. For
controlling CO compounds, standard exhaust is better at reducing CO levels compared to racing exhausts, for
HC compounds, racing exhausts are more stable in reducing HC levels compared to standard exhausts. The HC
compound in the standard exhaust compared to the Racing R9 exhaust can significantly reduce HC exhaust
emissions, the Standard exhaust CO compound is better than the Racing R9 exhaust.
So the noise level and exhaust emissions of the R9 racing exhaust are higher than the standard exhaust. So that
the R9 racing exhaust is more dangerous when used frequently because it contains a noise level that is too high.
Keywords: Standard and Racing Exhaust, Noise Level, Exhaust Emissio
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
155
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu
negara yang mengalami peningkatan
jumlah kendaraaan bermotor yang sangat
signifikan. Peningkatan jumlah kendaraan
bermotor tersebut merupakan salah satu
keuntungan di bidang industri otomotif di
Indonesia. Dengan tingkat kebutuhan akan
kendaraan bermotor di Indonesia yang
tinggi membuat para investor dari luar
negeri menjadi sangat tertarik untuk
menanamkan investasinya di Indonesia.
Masuknya industri otomotif luar negeri
tentunya harus didukung pertumbuhan
industri lokal sebagai pendukung dan
pemasok komponennya (Setiawan etal.,
2017).
Untuk mendukung perkembangan
industri otomotif di Indonesia, pemerintah
bertekad untuk terus meningkatkan
kandungan komponen lokal pada
pembuatan kendaraan bermotor (Putra,
Deki S. 2017) Secara bertahap industri
lokal pun mulai tumbuh di berbagai kota di
berbagai daerah, baik skala menengah
maupun industri kecil. Tentunya ini
menjadi harapan bagi perkembangan
industri otomotif Indonesia. Agar mampu
bersaing dengan industri-industri besar dan
produk dari luar negeri, tentunya perlu
untuk memperhatikan kualitas produk yang
dihasilkan. Salah satu produk komponen
industri otomotif adalah knalpot .
Knalpot yang tidak sesuai standar
biasanya menimbulkan kebisingan yang
sangat mengganggu pendengaran manusia.
Knalpot merupakan salah satu komponen
yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan gas sisa pembakaran. Dalam
proses pembakaran, kendaraan bermotor
akan mengeluarkan hasil pembakaran
berupa gas buang yang mengandung
berbagai pencemar (polutan) yang pada
umumnya merupakan gas-gas yang
berbahaya antara lain CO, HC, Sox, Nox,
asap, dan Pb. Gas-gas tersebut dapat
mengganggu makhluk hidup dan berbagai
macam jenis material (zat). Selain itu
knalpot juga berfungsi untuk membentuk
suara deru mesin dan menambah performa
kendaraan bermotor terutama kendaraan
sepeda motor (Putra,Deki. S. 2017).
Saat ini emisi gas buang hasil
pembakaran mesin kendaraan bermotor
merupakan faktor penyebab polusi yang
paling dominan terutama di kota-kota
besar. Kontribusi emisi gas buang
kendaraan bermotor sebagai sumber polusi
udara sebesar 60 70 %, dibandingkan
dengan industri yang hanya berkisar antara
10 15% sedangkan sisanya berasal dari
rumah tangga, pembakaran sampah,
kebakaran hutan, dan lain-lain. Hal ini
dapat dilihat dari besarnya tingkat
pertumbuhan kendaraan bermotor yang
menembus angka 15% pertahun atau 7,9
juta kendaraan pertahun ( BPLH DKI
Jakarta, 2013).
Setiap knalpot mempunyai
kemampuan mereduksi emisi gas buang
dan tingkat kebisingan. Dalam
perkembangannya, berbagai model knalpot
juga berfungsi sebagai piranti untuk
meningkatkan performa kendaraan
bermotor, termasuk di dalamnya adalah
knalpot jenis racing yang diproduksi oleh
industri kecil. Setiap merk dan jenis
knalpot mempunyai kemampuan
mereduksi emisi gas buang, suara deru
mesin dengan performa mesin yang
berbeda-beda. Sehingga perlu dilakukan
pengujian terhadap kemampuan emisi gas
buang dan tingkat kebisingan. Pada
knalpot standar dan knalpot racing.
Pengaruh knalpot sebenarnya mempunyai
prinsip yaitu semakin jalur pembuangan
lancar maka tenaga mesin pun akan keluar
secara maksimal. Kelancaran gas buang
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
156
dipengaruhi oleh desain dan ukurannya,
makin sedikit lekukannya maka hambatan
akan semakin berkurang begitu juga
dengan diamater pipa yang besar, pipa
yang besar akan membuat aliran gas buang
menjadi semakin lancar(Rendy, 2012).
Banyaknya polusi yang sangat
mengganggu dan mengancam kesehatan
salah satunya adalah polusi suara. Polusi
suara merupakan polusi yang timbul akibat
tingkat kebisingan yang melebihi ambang
batas kebisingan.Kebisingan pada sepeda
motor merupakan bising yang timbul
akibat dari sisa pembakaran di dalam ruang
bakar yang disalurkan keluar melalui
knalpot akan tetapi knalpot yang tidak
standar atau racing kerap kali
menimbulkan kebisingan yang berlebih.
Kebisingan berlebih yang dihasilkan
knalpot racing merupakan efek dari
kecilnya volume silincer knalpot yang
berguna meredam kebisingan sisa
pembakaran.
Masyarakat yang memiliki sepeda
motor tidak semua mau menggunakan
sepeda motor standar pengeluaran pabrik
yang sudah sesuai dengan persyaratan
teknis dan layak jalan yang diatur di dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Sehingga sepeda motor tersebut
dimodifikasi sedemikian rupa dan merubah
apapun bagian-bagian atau asesoris yang
ada di sepeda motor tersebut sampai tidak
memperdulikan kenyamanan dan
keamanan keselamatan yang seharusnya
lebih penting untuk diperhatikan dalam
berlalu lintas. Bagian-bagian sepeda motor
yang biasa diganti dan lebih terlihat
menonjol ialah knalpot. Sepeda motor
yang diganti knalpotnya diyakini dapat
menambah tenaga bahkan sepeda motor
akan terlihat lebih garang karena suara
yang ditimbulkan tetapi tidak sedikit
knalpot produksikan pabrik yang sudah
sesuai aturan yang berlaku diganti dengan
knalpot yang bersuara keras yang melebihi
standar kebisingan yang sudah diatur di
dalam Peraturan Menteri Nomor 7 Tahun
2009 Tentang Ambang Batas Kebisingan
Kendaraan Bermotor Tipe Baru (Poetra
Faizal Afandi, 2014).
Motor yamaha vixion merupakan
merek sepeda motor bertipe sport yang
diproduksi oleh Yamaha Indonesia Motor
Manufacturing sejak tahun 2007. Yamaha
vixion ini menggunakan telnologi sistem
injeksi bahan bakar. Mesin SOHC 5 Speed
motor yamaha vixion terkenal bandel dan
torsi terkail di rpm bawah. Sehingga
dianggap SOHC kencang untuk melaju
dengan kecepatan tinggi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui emisi gas buang serta tingkat
kebisingan yang terdapat pada motor
yamaha vixion tersebut.
Hasil sensus dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Brebes khususnya di
Kecamatan Bulakamba menyatakan jumlah
kendaraan sepeda motor di Kecamatan
Bulakamba pada tahun 2017 adalah 16.591
unit motor. Sedangkan pada tahun 2018
jumlah kendaraan sepeda motor di
Kecamatan Bulakamba naik menjadi
19.080 unit motor. Maka dapat
disimpulkan bahwa jumlah kendaraan
motor di Kecamatan Bulakamba di setiap
tahunnya selalu meningkat. Dari data yang
tercantum diatas kita tahu bahwa mayoritas
masyarakat di Kecamatan Bulakamba
banyak yang menggunakan kendaraan
sepedamotor.(https://brebeskab.bps.go.id/i
ndicator/17/208/1/jumlah-kendaraan-
bermotor-per-kecamatan-di-kabupaten-
brebes.html )
Berdasarkan uraian pada latar
belakang, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
157
“PENGARUH PENGGUNAAN
KNALPOT STANDAR DAN
KNALPOT RACINGR9 TERHADAP
EMISI GAS BUANG DAN TINGKAT
KEBISINGAN PADA MOTOR
VIXION 2013”
METODE PENELITIAN
A. Pendekaatn Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksperimen dan merupakan
penelitian kuantitatif, yaitu memaparkan
secara jelas hasil eksperimen di
laboratorium terhadap sejumlah benda
uji, kemudian analisis datanya dengan
menggunakan angka-angka. Sugiyono
(2012: 72). Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen Intact - Group
Comparison. Pada Jenis penelitian ini
terdapat satu kelompok yang digunakan
untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu;
setengah kelompok untuk eksperimen
(yang diberi perlakuan) dan setengah
untuk kelompok kontrol (yang tidak
diberi perlakuan). Jenis penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental
yang berusaha membandingkan hasil
penelitian dari kelompok standar dengan
kelompok eksperimen. Kelompok
standar dalam penelitian ini adalah
motor vixion 2013 dengan knalpot
standar. Sedangkan kelompok
eksperimen penelitian adalah motor
vixion 2013 menggunakan knalpot
racing.
Gambar 1. Kerangka berpikir
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
(1) Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan
Dinas Perhubungan Jl.Grinting
No.242, Grinting, Kecamatan
Bulakamba, Kabupaten Brebes
(2) Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan
selama 6 (enam) bulan yaitu pada
bulan April sampai dengan bulan
Oktober
C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan daalam
penelitian ini adalah 2 jenis knalpot,
yaitu knalpot standar dan knalpot
racing.
D. Variabel Penelitian
Variabel dari penelitian ini
terdiri dari independent variable
(variabel bebas) dan dependent
variable(variabel terikat) :
1. Independent Variable (Variabel
Bebas)
Dalam penelitian ini
independentvariable yang
menjadi sebab
yaitupenggunaan knalpot
standar dam knalpot racing
pada motor vixion 2013.
2. DependentVariable (Variabel
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
158
Terikat)
Dalam penelitian ini
dependentvariable yang
menjadi akibat yaitu emisi gas
buang dan tingkat kebisingan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan
kegiatan penelitian perlu adanya
teknik untuk mencapai hasil yang
baik. Supaya data dapat terkumpul
dengan baik, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
(1) Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan
mengambil dokumen atau data
yang mendukung penelitian
seperti daftar spesifikasi motor
yamaha vixion, alat penguji
emisi gas buang dan tingkat
kebisingan.
(2) Teknik tes
Teknik tes yang diberikan
berupa tes alat penguji emisi gas
buang dan tingkat kebisingan
dengan 3x pengujian yaitu 1500
rpm, 2500 rpm dan 3500 rpm.
Tes digunakan untuk
mengetahui kemampuan knalpot
standar dan knalpot racing
R9pada Motor Yamaha Vixion
2013.
HASIL DAN PEMBAHASAN
(1) Hasil Penlitian
a) Pengujian Knalpot Standar dan
Racing Terhadap Emisi Gas
Buang
Tabel 1. Hasil uji emisi gas bunag pada
knalpot standar.
Hasil Emisi Gas Buang Pada Knalpot
Standar
RPM
CO
(%)
CO2
(%)
O2
(%)
Idle
5.45
5.4
21.65
1500
1.80
9.4
16.33
2500
2.36
5.9
21.20
3500
0.50
13.8
21.31
Rata-
rata
10.11
8.6
80
Gambar 2. Grafik emisi gas buang Knalpot
Standar
Tabel 2. Hasil uji emisi gas buang pada
knalpot Racing
0
200
400
600
800
1 2 3 4
Grafik hasil uji emisi gas
buang pada Knalpot
Standar
Rata-rata
Hasil Emisi Gas Buang Pada Knalpot Racing
R9
(RPM)
CO
(%)
CO2
(%)
HC
(ppm
)
O2
(%)
Idle
8.18
9.1
1656
26.85
1500
2.75
12.5
412
21.03
2500
1.95
12.3
294
25.00
3500
4.78
12.6
474
19.72
Rata-rata
18
47
710
93
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
159
Gambar 3. Grafik emisi gas buang knalpot racing
R9
b) Pengujian Knalpot Standar dan Racing
Terhadap Tingkat kebisingan
Tabel 3. Knalpot Standar Motor Yamaha Vixion
2013
RPM
Pengujian Ke
Juml
ah
Rata
rata
(dB)
1
2
3
Idle
68.5
69.5
69.5
207.
69.2
1500
70.1
73.0
73.7
216
72.3
2500
77.9
80.7
82.1
240
80.2
3500
84.1
85.4
87.1
256.
85.5
Gambar 4. Grafik Tingkat Kebisingan Knalpot
standar
Tabel 4. Tingkat Kebisingan pada Knalpot Racing
R9 Motor Yamaha Vixion 2013
RPM
Pengujian Ke
Juml
ah
Rata
rata
(dB)
1
2
3
Idle
75.5
80.7
80.7
236.9
79.0
1500
82.0
82.0
84.6
249.8
83.3
2500
89.6
89.9
90
269.5
89.8
3500
94.8
94.8
95.4
285
95
Gambar 5. Grafik Tingkat Kebisingan Knalpot
Racing R9
Pada pengujian tersebut diperoleh
tingkat kebisingan tertinggi, terjadi pada
penggunaan knalpot racing R9 dimana
pada putaran 1500 rpm nilainya terus naik
sampai pada putaran 3500 rpm. Nilai
kebisingan yang terendah terjadi pada
penggunaan knalpot standar Yamaha
Vixion 2013, dimana pada putaran 1500
rpm sampai pada putaran 3500 rpm dengan
nilai kebisingannya lebih rendah dari
knalpot racing R9.
c) Uji Analisis menggunakan N Gain %
Tabel 5. N-Gain Tingkat Kebisingan
Gambar 6. Grafik N Gain % tingkat kebisingan
0
200
400
600
800
1 2 3 4
Rata-rata
Grafik Knalpot Racing R9
Sepeda Motor Yamaha
Vixion 2013
CO CO2
HC O2
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4
Series1
rata-
rata
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4
Series1
rata
-
rata
0
50
100
N-GAIN TINGKAT KEBISINGAN
1500 rpm
2500 rpm
3500 rpm
Rpm
Rata
-rata
knal
pot
stan
dar
Rata
rata
knalp
ot
racing
Dibulat
kan co
%
knalpot
standar
Dibula
tkan
CO
(%)kn
alpot
Idle
5.45
8.18
6
9
1500
1.80
2.75
2
3
2500
2.36
1.95
2
2
3500
0.50
4.78
1
5
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
160
Pada grafik diatas menunjukan
hasil analisis tingkat kebisingan bahwa
pada putaran 1500 rpm menunjukan nilai
N gain sebesar 46 sehingga dapat
dinyatakan sedang, pada putaran 2500
rpm menunjukan nilai N gain sebesar 48
sehingga dapat dinyatakan sedang, dan
pada putaran 3500 rpm menunjukan nilai
N gain sebesar 66 sehingga dapat
dinyatakan sedang. Walaupun dari ketiga
putaran sama-sama memiliki kriteria
sedang namun jika di lihat pada nilai rata-
rata knalpot standar Yamaha Vixion yaitu
76 dan nilai rata-rata knalpot racing R9
adalah 87.
Pemerintah mengatur tingkat
kebisingan knalpot sepeda motor dengan
tingkat kebisingan antara 80-90 desibel.
"AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor)
bersama KLH (Kantor Kementerian
Lingkungan Hidup) yang tertuang pada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No 07/2009 tentang ambang batas.
maka nilai tingkat kebisingan yang lebih
tinggi terdapat pada rata-rata knalpot
racing R9.
d) Kandungan CO Pada emisi gas buang
Tabel 6. Kandungan CO (%) pada emisi gas buang
Knalpot standar dan knalpot racing R9
Putara
nMesi
n
(RPM)
Rata
rata
knalp
ot
stand
ar
Rata
rata
knal
pot
racin
g
Dibulat
kan CO
(%)kna
lpot
standar
Dibulatk
an CO
(%)knal
pot
racing
Idle
5.45
8.18
6
9
1500
1.80
2.75
2
3
2500
2.36
1.95
2
2
3500
0.50
4.78
1
5
Gambar 7. Grafik Kandungan CO (%) Pada
Putaran Mesin
Pada grafik diatas dapat kita lihat
bahwa kadar dari senyawa CO knalpot
racing R9 lebih tinggi dibandingkan
dengan knalpot standar Yamaha Vixion.
Dalam hal ini Karbon Monoksida (CO) ini
tidak memiliki bau dan warna, namun
sangat berbahaya. Gas ini bisa
menyebabkan seseorang pingsan hingga
meninggal jika menghirupnya dalam
jumlah yang tinggi.untuk itu kandungan
CO pada emisi gas buang knalpot racing
bisa dikatakan tinggi dan tidak baik apabila
sering digunakan (Novieta, R: 2016).
e) Kandungan CO2
Tabel 7. Kandungan CO2 (%) pada emisi gas
buang Knalpot standar dan knalpot racing R9.
(RPM)
Rata
rata
knalp
ot
stand
ar
Rata
rata
knal
pot
raci
ng
Dibulat
kan
CO2
(%)kna
lpot
standar
Dibulat
kan
CO2
(%)knal
pot
racing
Idle
5.4
9.1
5
9
1500
9.4
12.5
9
13
2500
5.9
12.3
6
12
3500
13.8
12.6
14
13
6
2 2
1
3
2
5
1 2 3 4
Dibulatkan CO (%)knalpot racing
Dibulatkan CO (%)knalpot standar
Idl 1500 2500 3500
Knalpot
Standar
Knalpot Racing
9
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
161
Gambar 8. Grafik Kandungan CO
2
Pada Putaran
Mesin
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa
kadar dari senyawa 
knalpot racing R9
lebih tinggi dibandingkan dengan knalpot
standar Yamaha Vixion. Dalam hal ini
Karbon Dioksida (
) ini tidak memiliki
bau dan warna. Pada prinsipnya

berbanding terbalik dengan CO
(Karbon Monoksida). Apabila 
tinggi
maka CO akan rendah. Karena dalam
proses pembakaran yang hampir sempurna,

harus tinggi dan CO harus rendah.
Akan tetapi 
yang tinggi dari hasil
pembakaran dapat dilakukan dengan
penghijauan untuk menyerap

M.: 2013).
f) Kandungan HC
Tabel 8. Kandungan HC (ppm) pada emisi gas
buang Knalpot standar dan knalpot racing R9
(RPM)
Rata - rata
HC knalpot
standar
Rata - rata
HC knalpot
racing
Idle
1819
1656
1500
568
412
2500
514
294
3500
289
474
Gambar 9. Grafik Kandungan HC (ppm)
Pada Putaran Mesin
Pada grafik diatas dapat di lihat bahwa
kadar dari senyawa Hydrokarbon (HC)
menunjukan kadar HC pada knalpot racing
R9 lebih tinggi dibandingkan dengan
knalpot standar Yamaha Vixion. Dalam hal
ini Hydrokarbon (HC) adalah emisi yang
timbul karena bahan bakar yang belum
terbakar tetapi sudah keluar bersama-sama
gas buang menuju atmosfer (Suyanto,
Wardan:1989).
Senyawa fitokimia yang terbentuk
dari emisi HC dapat mengakibatkan mata
pedih, sakit tenggorokan, dan gangguan
pernapasan. Untuk itu kandungan HC pada
emisi gas buang knalpot racing R9 bisa
dikatakan tinggi dan tidak baik apabila
sering digunakan.
g) Kandungan O2
Gambar 10. Grafik Knadungan O2 (%) Pada
5
9
6
149
13
12
13
1 2 3 4
Kandungan CO2 (%)
Dibulatkan CO2 (%)knalpot racing
Dibulatkan CO2 (%)knalpot standar
Idle 1500 2500
3500
1819
568
514
289
1656
412
294
474
1 2 3 4
Kandungan HC (ppm)
Rata - rata HC knalpot racing
Rata - rata HC knalpot standar
Idle 1500 2500 3500
22
16
21 21
27
21
25
20
1 2 3 4
Kandungan O2 (%)
Dibulatkan CO2 (%)knalpot standar
Dibulatkan CO2 (%)knalpot racing
Idle 1500 2500 3500
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
162
Putaran Mesin.
Tabel 9. Kandungan O2 (%)pada emisi gas buang
Knalpot standar dan knalpot racing R9.
RPM
Rata
rata
knalpo
t
standa
r
Rata
rata
knalp
ot
racing
Dibula
tkan
O2
(%)kn
alpot
standa
r
Dibula
tkan
O2
(%)kna
lpot
racing
Idle
21.65
26.85
22
27
1500
16.33
21.03
16
21
2500
21.20
25.00
21
25
3500
21.31
19.72
21
20
Pada grafik diatas dapat kita lihat
bahwa kadar dari senyawa Oksigen ()
menunjukan kadar  pada knalpot
racing R9 lebih tinggi dibandingkan
dengan knalpot standar Yamaha Vixion.
Dalam hal ini sensor Oksigen ()
berfungsi mendeteksi banyak sedikitnya
kandungan oksigen di sistem gas buang
atau knalpot. Mudahnya, sensor tersebut
mengirim data ke ECU supaya motor
mendapatkan asupan bahan bakar dan
udara ideal sehingga tetap irit bahan bakar
sekaligus ramah lingkungan. Untuk itu
kandungan Oksigen () pada emisi gas
buang knalpot racing R9 bisa dikatakan
tinggi dan pemborosan bahan bakar.
PENUTUP
(1) Rata rata tingkat kebisingan pada
knalpot standar motor yamaha vixion
adalah 77. Sedangkan rata-rata tingkat
kebisingan pada knalpot racing R9
adalah 87. Hal ini menunjukan bahwa
tingkat kebisingan knalpot racing R9
lebih tinggi dari pada knalpot standar.
Sehingga knalpot racing R9 lebih
berbahaya apabila sering digunakan
karena mengandung tingkat kebisingan
yang terlalu tinggi.
(2) Pengujian menggunakan knalpot racing
menghasilkan data yang stabil. Untuk
pengontrolan senyawa CO, knalpot
standar lebih bagus mereduksi kadar
senyawa CO dibandingakan dengan
knalpot racing, untuk senyawa HC,
knalpot racing lebih stabil dalam
mereduksi kadar senyawa HC
dibandingkan dengan knalpot standar.
Pada senyawa HC pada knalpot standar
yang dibandingkan dengan knalpot
racing R9 dapat menurunkan emisi gas
buang senyawa HC dengan signifikan,
Pada senyawa CO knalpot Standar lebih
bagus dibandingkan knalpot racing R9.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta. Jakarta Badan pengelola
lingkungan hidup daerah jakatra 2013.
Zat-zat pencemar udara
Boentarto (2005). Cara pemeriksaan,
penyetelan dan perawatan sepeda
motor. Yogyakarta: c.v Andi offset
Christopher A.P, S. Ked.(2009). Noise
Inducsed Hearingloss (nihl). Riau:
Universityof Riau
Daryanto, (2013). Teknik Sepeda Motor.
Yrama Widya, Bandung.
Ellyanie. (2011). Pengaruh Penggunaan
ThreeWay Catalytic Converter
Terhadap Emisi Gas Buang Pada
Kendaraan Toyota Kijang Innova.
Prosiding Seminar Nasional Avoer,
Hal 437-445 ISBN : 979-587-395-4
Endarko, dkk.(2008). Fisika Jilid 2 Untuk
Smk Teknologi. jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan
NasionalTahun 2008.
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
163
Poetra, Faizal Afandi. (2014). Pelaksanaan
Penertiban Pelanggaran Pengemudi
Sepeda Motor Dalam Penggunaan
Knalpot Diatas Ambang Batas
Kebisingan. Universitas Brawijaya
Forcetto, A.L.S., Daemme, L.C. (2016)
Environmental Impact of
Motorcycle Replacement Exhaust
Systems in Sao Paulo City, WTT
Transactions on Ecolofy and The
Environment, Vol. 210, pp. 641-
652.
Hamidi. Metode Penelitian dan Teori
Komunikasi. Malang : UPT.UMM,
2007,
http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/per
men/2018/PM_33_TAHUN_2018.pdf
Ikta wahyu widodo, dkk. (2006). Smart
Muffler (Knalpot Multi Suara)
Sebuah Knalpot Inovatif Yang
Mampu Menaikan Performa
Kendaraan Bermotor. Jurnal.
Semarang : Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang.
Isranda, (2007). Pengaruh Gas Buang
Terhadap Kinerja Motor Bensin.
Fakultas Teknik. Politeknik Negri
Padang. Padang.
Kabib, Masruki. (2009). Pengaruh
pemakaian campuran premium
dengan champor terhadap
performasi dan emisi gas buang
mesin Toyota kijang seri 4K. Jurnal
Sain dan Teknologi. Vol. 2 No. 2.
Hal : 1-17
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan
Gas Bumi. Nomor : 3674
K/24/DJM/2006, Tanggal 17 Maret
2006
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor :
KEP- 51/MEN/1999. Hubungan
antara batas intensitas kebisingan dan
lama pemaparan
Kosasih, D.P & Rachman, M (2019)
Pengaruh Penggunaan Knalpot
Modifikasi Terhadap Suhu dan
Kebisingan Suara Pada Sepeda
Motor. JURNAL MESA JENDELA
INFORMASI TEKNIK Vol. 3 No. 2.
ISSN 2355-9241
Lentner, M. and T. Bishop. (1986).
Experimental Design and Analysis.
Valey Book Company. Blacksburg
Lovinska, W. (2012). Fungsi knalpot.
http://k2otomotif.blogspot.com/2012/
02/fu ngsi knalpot-
sejarahnyafungsi.htm
Mustafa. 2010. Pengurai Variabel Hingga
Instrumental. Graha Ilmu. Jakarta.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 07 TAHUN 2009
Kesesuaian Jenis mesin kendaraan
dengan tingkat kebisingan
Prabu, (2009). Dampak Kebisingan
terhadap Kesehatan. , 2009. Dampak
Kebisingan terhadap Kesehatan.
http://putraprabuwordpress.com/200
9/01/02/
Pramoto Aji, (2010). Efek Perubahan
Ukuran Diameter Header Knalpot
Terhadap Konsumsi Bahan Bakar
Dan Akelerasi Pada Sepeda Motor 4
Tak. Fakultas Teknik. IST
AKPRIND. Yogyakarta.
Rudi Hartono,dkk (2009) .Pendidikan
Lingkungan Hidup untuk Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Jilid
2. Jakarta; Diterbitkan Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup
Lembaga Penelitian Universitas
Negeri Malang.
Sambodo Ibnu, (2008). Rancang Desain
Knalpot Pada Motor Trail YZ-F.
Fakultas Teknik. Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta.Yogyakarta.
Setiawan, A., Winarno, J., Syamsiro, M.
(2017) Studi Eksperimental Unjuk
Kerja Campuran Solar-Biodiesel
Minyak Jelantah pada Mesin Diesel,
Jurnal Mekanika dan Sistem Termal,
Vol. 2, No. 1
Journal of Vocational Education and Automotive Technology
Vol. 4. No. 1. April 2022
164
Sipahutiar Riman, (2011). Catalitic
Converter Terhadap Emisi Gas
Buang Pada Motor Yamaha Rx-King
Tahun Pembuatan 2006. Fakultas
Tknik. Universitas Sriwijaya.
Palembang
Subandono. E., Sukoco & Syamsiro. M
(2017) Analisis Tingkat Kebisingan
Knalpot Sepeda Motor Produk
Industri Kecil. Jurnal Mekanika dan
Sistem Termal, Vol. 2(2),:21-26
Suma’mur, (2009). Higiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.
Sagung Seto.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Alfabeta. Bandung
Suratman, (2013) Service Auto mobil
Pengantar Praktis Teknik Otomotif.
CV. Pustaka Grafika. Bandung.
Susongko, P. (2016). Pengantar
Metodologi Penelitian Pendidikan.
Badan Penerbit Universitas
Pancasakti Tegal. Kota Tegal
Tim Penyusun UNY.(2003). Teknik Dasar
Motor Diesel.Yogyakarta: Bagian
Proyek Pengembangan Kurikulum
Direktorat Pendidikan
MenengahKejuruan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah Departemen Pendidikan
Nasional
Winarno. Joko. Studi Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermesin Bensin Pada
Berbagai Merk Kendaraan Dan
Tahun Pembuatan. 2017.